關公 GUAN GONG
關羽(?年—220年1月或2月[註 1]),字雲
關羽最為特殊之處是由于他性情忠义而倍受中華文化推崇,並且被作為神祇膜拜,產生關羽信仰,並傳至日本、朝鮮王朝、越南、琉球等漢字文化圈國家。由于他体现了儒家文化中捍卫正统的忠義勇武的形象,多被民眾尊稱為關公、關老爺,又多次被后代帝王褒封,直至武聖,与“文圣”孔子齐名。故也俗稱為關聖帝、關帝君、關聖帝君、關帝、關帝爺等而流傳至今。道教尊為協天大帝、伏魔大帝、翊漢天尊等,漢傳佛教及藏傳佛教奉其為護法神之一,稱為「伽藍菩薩」。其中儒宗神教奉為五文昌之一,而扶鸞信仰者則奉為恩主,故又稱關公為恩主公、山西夫子、文衡聖帝、文賢聖帝,是為五恩主之一。民間受《三国演义》等传统作品影响,普遍认为关羽与刘备、张飞义结金兰,关羽排行第二,故又俗稱其為關二爺、關二哥。陈寿撰写之《三国志》,将關羽与張飛、馬超、黃忠、趙雲合为一传(《三国志·蜀书·关张马黄赵传》),元末明初罗贯中的長篇小說《三国演义》又将該五人并称“五虎上将”,毛宗岗称其为“三绝”之“义绝”。直至现代,某些社会群体与场合仍常祭拜关公。
Guan Yu ([kwán ỳ] ⓘ; d. January or February 220[a]), courtesy name Yunchang, was a Chinese military general serving under the warlord Liu Bei during the late Eastern Han dynasty of China. Along with Zhang Fei, he shared a brotherly relationship with Liu Bei and accompanied him on most of his early exploits. Guan Yu played a significant role in the events leading up to the end of the Han dynasty and the establishment of Liu Bei's state of Shu Han during the Three Kingdoms period. While he is remembered for his loyalty towards Liu Bei, he is also known for repaying Cao Cao's kindness by slaying Yan Liang, a general under Cao Cao's rival Yuan Shao, at the Battle of Boma. After Liu Bei gained control of Yi Province in 214, Guan Yu remained in Jing Province to govern and defend the area for about seven years. In 219, while he was away fighting Cao Cao's forces at the Battle of Fancheng, Liu Bei's ally Sun Quan broke the Sun–Liu alliance and sent his general Lü Meng to conquer Liu Bei's territories in Jing Province. By the time Guan Yu found out about the loss of Jing Province after his defeat at Fancheng, it was too late. He was subsequently captured in an ambush by Sun Quan's forces and executed.[2]
Guan Yu's life was lionised and his achievements were glorified to such an extent after his death that he was deified during the Sui dynasty. Through generations of storytelling, culminating in the 14th-century historical novel Romance of the Three Kingdoms, his deeds and moral qualities have been given immense emphasis, making Guan Yu one of East Asia's most popular paradigms of loyalty and righteousness. He is remembered as a culture hero in Chinese culture and is still worshipped by many people of Chinese descent in China, Taiwan, and other countries today. In religious devotion, he is reverentially called the "Emperor Guan" (Guān Dì) or "Lord Guan" (Guān Gōng). He is a deity worshipped in Chinese folk religion, popular Confucianism, Taoism, and Chinese Buddhism, and small shrines to him are almost ubiquitous in traditional Chinese shops and restaurants.
https://en.wikipedia.org/wiki/Guan_Yu
https://zh.wikipedia.org/wiki/%E5%85%B3%E7%BE%BD
Dewa Guan Gong (關公) / Guan Sheng Di Jun (關聖帝君)
Guan Gong (關公) adalah gelar kehormatan untuk Guan Yu (關羽), kemudian dipuja sebagai Guan Di. Guan Gong (關公) memiliki kharisma agung, jenggot panjang, wajah coklat gelap dan bibir merah tua. “Beliau memiliki mata seperti phoenix dan alis lebat baik seperti ulat sutra. Seluruh Penampilannya bermartabat dan menakjubkan.”
Gong (公) berarti tuan, gelar kehormatan, sementara Guan (關) adalah nama keluarga. Oleh karena itu Guan Gong berarti “Dewa Guan”. Nama aslinya adalah Guan Yu. Guan Yu adalah nama beliau ketika memulai karir militernya pada masa Tiga Negara.
Meskipun ada banyak legenda yang melekat pada Dewa Guan Gong, Beliau bukan sosok mitologis, tetapi sosok yang sebenarnya dalam sejarah. Guan Yu hidup di periode Tiga Kerajaan, waktu perang sipil. Guan Yu dilahirkan di Xie, wilayah Hedong (sekarang Yuncheng, provinsi Shanxi). Beliau bernama lengkap Guan Yun Chang (關雲長), Kwan Yin Tiang dalam dialek Hokkien.
Kebajikan Guan Gong melambangkan kehormatan, loyalitas, integritas, keadilan, keberanian, dan kekuatan, adalah cita-cita yang benar-benar dapat mempengaruhi kita. Di negara-negara Barat Dewa Guan Gong dikenal “Tao God of War”. Sebutan ini berasal dari fakta bahwa Dewa Guan Gong adalah jenderal paling terkenal dari sejarah Tiongkok.
Guan Yu ditampilkan bersama dengan Zhang Fei, pejuang besar lain, di bawah Liu Bei, salah satu pemimpin utama pada periode Tiga Kerajaan. Guan Yu dalam pengembaraannya berjumpa dengan Liu Bei dan Zhang Fei disebuah kedai arak. Dalam pembicaraan mereka ternyata cocok dan sehati, sehingga memutuskan untuk mengangkat saudara. Upacara pengangkatan saudara ini, dilaksanakan di rumah Zhang Fei dalam sebuah kebun buah Tao atau kebun persik.
Liu Bei menjadi saudara tertua, Guan Yu yang kedua dan Zhang Fei yang ketiga. Bersama-sama mereka bersumpah sehidup semati dan berjuang untuk membela negara. Peristiwa ini terkenal dengan istilah Táo Yuán Sān Jié Yì (Simplified: 桃园三结义, Tradisional: 桃園三結義), Sumpah Persaudaraan Di kebun Persik. Sangat dikagumi oleh orang dari zaman ke zaman dan dianggap sebagai lambang persaudaraan sejati.
Lukisan tiga bersaudara yang sedang melaksanakan upacara sumpah angkat saudara ini banyak menjadi objek lukisan, pahatan, patung keramik yang sangat disukai orang hingga sekarang ini. Mereka berjanji untuk menggabungkan kekuatan mereka bersama-sama untuk melindungi rakyat biasa, untuk berbakti kepada Kaisar dan mati pada hari yang sama.
Karakter sifat mulia yang tercermin dari sosok Guan Yu, yang bisa menjadi teladan bagi kita semua.
- Wajib sepenuhnya menghargai kesetiaan, berbakti dan keadilan.
- Lambang kehormatan, loyalitas, integritas, keadilan, keberanian, dan kekuatan.
- Patriotis sejati.
- Menjaga norma susila.
- Tidak tergiur akan kesenangan atau kenikmatan.
- Tidak silau akan nama dan harta.
- Mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada diri sendiri.
Guan Yu bukan saja telah menjadi sosok yang identik dengan pemujaan spiritual, Beliau adalah penyatu kultur masyarakat Tiongkok di manapun berada dan menjadi sebuah lambang semangat Kesetiaan, Pengabdian dan Sikap lurus.
Sebagai Dewa yang termasyur, Guan Gong juga dipuja oleh banyak umat. Penghormatan terhadap Guan Gong sebagai orang ksatria yang teguh terhadap sumpahnya, tidak goyah akan harta kekuasaan dan kedudukan dan setia terhadap saudara-saudara angkatnya, menyebabkan beliau memperoleh penghormatan yang tinggi oleh kaisar-kaisar pada jaman berikutnya.
Guan Gong memperoleh gelar yang tidak tanggung-tanggung, beliau disebut “Di” yang berarti “Maha Raja”. Sejak itu beliau disebut Guan Di (Guan Di Ye), Guan Sheng Di Jun (關聖帝君) yang berarti Paduka Maha Raja Guan, sebutan gelar Kedewaan yang sejajar dengan Xuan Tian Shang Di.
No comments:
Post a Comment